SEJARAH SINGKAT PPS BINTANG SURYA
PPS BINTANG SURYA adalah salah satu pencak silat yang murni dari leluhur bangsa Indonesia.
PPS BINTANG SURYA bersumber kan pada kepiawaian SYARIF HIDAYATULLAH ( Sunan Gunung Jati ) dari cirebon, yang merupakan salah satu wali songo yang termasyhur.
Salah satu keturunan ke-6 ( genarasi ke-4 ) dari sunan gunung jati yakni Haji ABDULLAH UMAR telah mengajarkan dan menurunkan segala ilmunya dari sunan gunung jati kepada cucunya, yaitu RADEN PANDJI.
Oleh Raden Pandji ilmu dari kakeknya tersebut di kembangkan di daerah timur ( Surabaya ) tahun 1969 dan membentuk kerukunan pencak silat BINTANG SURYA, Yang anggota anggotanya terbatas bagi anggota TNI AL dan MARINIR yang berasal dari jawa barat.
Melihat perkembangan jumlah anggota, kerukunan pencak silat Bintang Surya oleh Raden Pandji di daftarkan ke dinas kebudayaan kodya Surabaya,
pada tanggal 14 Desember 1973, keluarlah surat ijin dari kantor Dewan kebudayaan kodya Surabaya tentang di akuinya keberadaan kerukunan pencak silat Bintang Surya.
Semenjak tanggal tersebut berdirilah secara resmi suatu perguruan ilmu seni beladiri pencak silat Bintang Surya. Di singkat menjadi PPS BINTANG SURYA.
pada tahun 1978 PPS BINTANG SURYA di daftarkan ke IPSI Kodya Surabaya dengan nomer induk 04/IPSI-KMS/1978
Bertanggal 1 Januari 1978
Sumber : PPS BINTANG SURYA PUSAT
Minggu, 28 Juli 2019
Jumat, 26 Juli 2019
Sejarah Singkat Seni Beladiri Hijaiyah Indonesia
*SEJARAH SINGKAT PERGURUAN SENI BELADIRI HIJAIYAH INDONESIA, HIZBULLAH INDONESIAN MOSLEM MARTIAL ART OF HIJAIYAH (HIMMAH )*
----------------------------------------
Perguruan Seni Beladiri Hijaiyah Indonesia, Hizbullah Indonesian Moslem Martial Art of Hijaiyah, atau selanjutnya disebut HIMMAH, didirikan pada tanggal 05 Dzulhijjah tahun 1435 Hijriyah atau pada tahun 2014 Masehi, tanggal 30 September yang bertepatan dengan Hari Peringatan Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia ( G 30 S - PKI ).
HIMMAH berpusat organisasi di salah satu pondok alumni Gontor, yakni Pondok Pesantren Baitul Hikmah Tempurejo. Yang terletak di Ds.Tempurejo, Kec.Tempurejo, Kab. Jember, Prov.Jawa Timur, Indonesia.
HIMMAH dirintis oleh tiga orang yang disebut sebagai Tiga Serangkai Perintis Perguruan, yang ketiganya pernah mengeyam pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, yakni :
*KH.Baihaqi Busri* ( Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Baitul Hikmah Tempurejo ),
*H.Muhammad Yusfihadi SPd,MPdI* ( Direktur KMI Pondok Pesantren Baitul Hikmah )
dan *Dito Syaiful Hidayah* ( Pembantu Pimpinan Pondok Pesantren Baitul Hikmah ).
Di dalam menamai HIMMAH, Pendiri Perguruan terinspirasi oleh dua sosok ulama besar yakni KH.Ahmad Sahal pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo dan Al-Habib Umar Bin Hafidz Pengasuh Ribath Darul Musthofa,Yaman.
Yang mana pada tahun 1977, KH.Ahmad Sahal pernah berkata kepada para santrinya sebagai berikut :
*" Anak-anakku sekalian Qul HIMMAH minal iman ( artinya : katakanlah cita-cita yang tinggi itu setengah daripada iman), saya manteb ujiba dakwatadaai idza daani. Saya manteb ud'uni astajib lakum, maka dari itu saya serukan.para penerus!!! terus!!! teruskan cita-cita!! dosa kalau gak diteruskan cita-cita!!! Dari yang 10 hektar menjadi 25, 25 menjadi 100. Terus! Perkara kecil ! Perkara kecil ! Gusti Allah Maha Agung Gusti Allah Maha Kuasa ! ".*
Kalimat HIMMAH juga diambil dari penggalan kalam Al-Habib Umar bin Hafidz Yaman, yakni :
*" Martaqo ilal qimmati illa bil Himmah ( tidak akan naik pada derajat yang tinggi kecuali dengan cita-cita yang kuat/ cita tinggi/tekad dan semangat yang tinggi.*
HIMMAH merupakan beladiri yang beraliran hijaiyah, yaitu metode beladiri yang dibuat oleh pendirinya, dimana pola gerak, pola langkah, jumlah pukulan dan jumlah tendangannya mengikuti bentuk huruf-huruf hijaiyah dengan metode penulisan khot naskhi.
Dalam setiap penampilan seninya HIMMAH menggunakan alunan sholawat beriring seni Hadrah Al-banjari, atau digabungkan dengan beberapa alat musik tradisional seperti kendang, gong, bedug dan lain-lain.
Sehingga dengan memperpadukan unsur-unsur gerak hijaiyah dan alunan musik hadrah serta alat musik tradisional tersebut, HIMMAH memiliki ciri khas tersendiri.
Bukan hanya dapat berfungsi sebagai pertunjukan seni beladiri, namun dapat ikut serta melestarikan dan mengawinkan budaya nusantara dengan budaya Islam.
Sehingga dapat digunakan sebagai pengembangan Syiar kesenian Nusantara, Pesantren dan Dakwah Islam.
لَاإِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ
حَسْبِيَ اللّٰهُ لَا إِلٰهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
Sumber : Dito Syaiful Hidayah
----------------------------------------
Perguruan Seni Beladiri Hijaiyah Indonesia, Hizbullah Indonesian Moslem Martial Art of Hijaiyah, atau selanjutnya disebut HIMMAH, didirikan pada tanggal 05 Dzulhijjah tahun 1435 Hijriyah atau pada tahun 2014 Masehi, tanggal 30 September yang bertepatan dengan Hari Peringatan Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia ( G 30 S - PKI ).
HIMMAH berpusat organisasi di salah satu pondok alumni Gontor, yakni Pondok Pesantren Baitul Hikmah Tempurejo. Yang terletak di Ds.Tempurejo, Kec.Tempurejo, Kab. Jember, Prov.Jawa Timur, Indonesia.
HIMMAH dirintis oleh tiga orang yang disebut sebagai Tiga Serangkai Perintis Perguruan, yang ketiganya pernah mengeyam pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, yakni :
*KH.Baihaqi Busri* ( Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Baitul Hikmah Tempurejo ),
*H.Muhammad Yusfihadi SPd,MPdI* ( Direktur KMI Pondok Pesantren Baitul Hikmah )
dan *Dito Syaiful Hidayah* ( Pembantu Pimpinan Pondok Pesantren Baitul Hikmah ).
Di dalam menamai HIMMAH, Pendiri Perguruan terinspirasi oleh dua sosok ulama besar yakni KH.Ahmad Sahal pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo dan Al-Habib Umar Bin Hafidz Pengasuh Ribath Darul Musthofa,Yaman.
Yang mana pada tahun 1977, KH.Ahmad Sahal pernah berkata kepada para santrinya sebagai berikut :
*" Anak-anakku sekalian Qul HIMMAH minal iman ( artinya : katakanlah cita-cita yang tinggi itu setengah daripada iman), saya manteb ujiba dakwatadaai idza daani. Saya manteb ud'uni astajib lakum, maka dari itu saya serukan.para penerus!!! terus!!! teruskan cita-cita!! dosa kalau gak diteruskan cita-cita!!! Dari yang 10 hektar menjadi 25, 25 menjadi 100. Terus! Perkara kecil ! Perkara kecil ! Gusti Allah Maha Agung Gusti Allah Maha Kuasa ! ".*
Kalimat HIMMAH juga diambil dari penggalan kalam Al-Habib Umar bin Hafidz Yaman, yakni :
*" Martaqo ilal qimmati illa bil Himmah ( tidak akan naik pada derajat yang tinggi kecuali dengan cita-cita yang kuat/ cita tinggi/tekad dan semangat yang tinggi.*
HIMMAH merupakan beladiri yang beraliran hijaiyah, yaitu metode beladiri yang dibuat oleh pendirinya, dimana pola gerak, pola langkah, jumlah pukulan dan jumlah tendangannya mengikuti bentuk huruf-huruf hijaiyah dengan metode penulisan khot naskhi.
Dalam setiap penampilan seninya HIMMAH menggunakan alunan sholawat beriring seni Hadrah Al-banjari, atau digabungkan dengan beberapa alat musik tradisional seperti kendang, gong, bedug dan lain-lain.
Sehingga dengan memperpadukan unsur-unsur gerak hijaiyah dan alunan musik hadrah serta alat musik tradisional tersebut, HIMMAH memiliki ciri khas tersendiri.
Bukan hanya dapat berfungsi sebagai pertunjukan seni beladiri, namun dapat ikut serta melestarikan dan mengawinkan budaya nusantara dengan budaya Islam.
Sehingga dapat digunakan sebagai pengembangan Syiar kesenian Nusantara, Pesantren dan Dakwah Islam.
لَاإِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ
حَسْبِيَ اللّٰهُ لَا إِلٰهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
Sumber : Dito Syaiful Hidayah
Senin, 10 Juni 2019
Sejarah Singkat PJBN
SEJARAH PAGURON JALAK BANTEN NUSANTARA
1. Banten Sebelum Islam
Pada era sebelum Islam, Banten yang berbentuk Kerajaan dipimpin oleh seorang Raja yang bernama Pucuk Umun, dan mempunyai Patih yang sangat tangguh dan dikenal dengan nama Ajar Jo dan Ajar Ju. Agama yang dianut pada masa itu adalah ajaran kepercayaan atau Animisme Sunda Wiwitan atau ajaran Sunda Kelapa.
Secara geografis, Kerajaan Banten sebelum Islam terletak di daerah Bayah Malingping, berbatasan dengan daerah Bayah dan Pelabuhan Ratu Sukabumi dan berbatasan dengan daerah kekuasaan Kerajaan Sunda Pajajaran yang kala itu dipimpin oleh Prabu Siliwangi.
Situs Kerajaan Banten pra Islam terletak di daerah Sempu Banten Girang Kota Serang (sekarang) dengan nama Padepokan Wahanten Girang, di tempat ini biasa dilakukan seba (bertemu) dan bermusyawarah baik antara Raja dan Patihnya maupun dengan balad-baladnya untuk memantau situasi dan kondisi wilayah Kerajaan Banten.
Namun, Kerajaan Banten pra Islam secara misterius hilang tanpa bekas dan berubah menjadi kerajaan alam ghaib, dan hal yang serupa pula terjadi pada Kerajaan Pajajaran, hal ini terjadi setelah Islam masuk ke wilayah Banten.
Secara umum, Kerajaan Banten yang mayoritas penduduknya menganut ajaran/kepercayaan Animisme Sunda Wiwitan/ Sunda Kelapa, pada masa yang sama rupanya di sebuah dusun kecil yang bernama Joglo/Terumbu secara geografis berada di tengah laut yang berbentuk pulau/atol/terumbu karang) yang pada saat itu penduduknya hanya ada 7 (tujuh) Kepala Keluarga, telah menganut ajaran Islam dan mempunyai seorang Kepala Dusun bernama Kyai Syekh Abdul Kahfi yang berasal dari Baghdad (Irak) yang dikala itu masih dalam kekuasaan Mekkah.
Di dusun Joglo/Terumbu tersebut, Kyai Syekh Abdul Kahfi mempunyai 9 orang murid yang datang dari berbagai daerah, beliau mengajarkan Ilmu Thorekat Kholidiyah dan Ilmu Ketangkasan bela diri jurus wahyu taqwa.
Ketika Sultan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) Cirebon (cucu dari Prabu Siliwangi) datang ke tanah Banten (1425 – 1448 M) adalah sebagai hubungan diplomatik dan penjajakan situasi/kondisi tanah Banten, dan sama sekali bukan sebagai penyebar agama Islam.
Setelah mempelajari dan mengetahui situasi dan kondisi tanah Banten, Sultan Syarif Hidayatullah kembali ke kesultanan Gunung Jati Cirebon, selanjutnya menugaskan putranya bernama Sabakingking (kelak bergelar Maulana Hasanudin) untuk datang ke tanah Banten dengan pengawal yang mempunyai kesaktian yaitu bernama Kyai Syekh Abdul Fatah dan beliau berasal dari Baghdad (Irak).
Setibanya Pangeran Sabakingking ke tanah Banten bersama pengawalnya singgah terlebih dahulu dan menghadap kepada Syekh Abdul Kahfi di dusun Joglo/Terumbu yang pada waktu itu adalah sebagai ulama besar di tanah Banten untuk meminta petunjuk dan nasehatnya.
Misi Pangeran Sabakingking adalah untuk meng-Islamkan raja Banten Pucuk Umun dan para pengawalnya yaitu Ajar Jo dan Ajar Ju. Dengan mengeluarkan jurus kesaktiannya, Pangeran Sabakingking dapat menaklukan Ajar Jo dan Ajar Ju untuk masuk Islam Tunggal, penobatan kedua pengawal Raja Banten tersebut dilakukan di tengah segara Selat Sunda dengan menggunakan perahu jukung.
Dalam proses pengucapan dua kalimat syahadat tersebut, Ajar Jo dan Ajar Ju meminta kepada Pangeran Sabakingking untuk mengeluarkan jurus saktinya, yaitu memancing ikan di segara Selat Sunda dalam waktu sekejap ke dalam perahu jukung agar penuh dengan ikan, dengan bahasa kalimat “kun fa yakun” kemudian Pangeran Sabakingking berhasil mengisi perahu jukung dengan ikan- ikan laut segara Selat Sunda. Kemudian Ajar Jo dan Ajar Ju langsung masuk Islam dan mengucapkan kalimat syahadat dihadapan Pangeran Sabakingking.
Setelah kedua patih Kerajaan Banten tersebut masuk Islam, kini Raja Banten Pucuk Umun dikejar oleh Pangeran Sabakingking untuk di-Islamkan, dan Ki Mas Jong serta Ki Mas Ju mendapat tugas untuk datang ke Padepokan Banten Girang dengan maksud agar tidak dicurigai oleh Raja Pucuk Umun.
Namun Raja Pucuk Umun yang memiliki kemampuan weruh sadurung winara, mengetahui bahwa kedatangan Ki Mas Jong dan Ki Mas Ju adalah membawa misi dari Pangeran Sabakingkin untuk meng-Islam-kannya, Kemudian sebelum kedua patihnya tiba di Padepokan Banten Girang, Raja Pucuk Umun beserta balad-baladnya telah pergi bersembunyi diatas gunung Pulosari di daerah Menes Pandeglang.
Pangeran Sabakingking (Maulana Hasanudin) mendengar dan mengetahui bahwa Pucuk Umun beserta balad-baladnya telah meninggalkan Padepokan Banten Girang, maka Pangeran Sabakingking mengejarnya dan datang ke gunung Pulosari untuk bertemu dengan Raja Banten Pucuk Umun, akhirnya terjadilah diplomasi dan argumentasi yang cukup sengit, alot serta ulet, perdebatan tersebut akhirnya diakhiri dengan adu kesaktian. Kemudian Raja Banten Pucuk Umun berkata “Aing teu daek nyerah, teu daek eleh, saacana ngadu elmu heula jeung Aing” (saya tidak akan menyerah, tidak akan mengalah, sebelum mengadu ilmu kesaktian dengan saya), begitulah Raja Pucuk Umun sesumbar kepada Pangeran Sabakingking yang kemudian menjawab sesumbar Raja Pucuk Umun dengan dialek bahasa Jawa Bantennya dengan lantang “Ayu saiki ning endi tempate?!, ning laut, ning awang-awang, ning daratan, kite cangcang serengenane telung dina telung bengi!” (ayo sekarang dimana tempatnya!?, dilaut, diatas mega, didaratan, saya ikat mataharinya tiga hari tiga malam!).
Kesepakatan untuk mengadu Ilmu Kesaktian tersebut kemudian dilangsungkan di bumi Allah, bertempat di daerah Tegal Papak Labuan (arah menuju Panimbang) yang sekarang bagian Kabupaten Pandeglang - Banten. Seluruh balad-balad Raja Banten Pucuk Umun dikumpulkan untuk menyaksikan, begitu pula balad-balad Pangeran Sabakingking, dan diantara balad-balad Pangeran Sabakingking, terdapat pula seorang pendekar ksatria bernama Kyai Syekh Sholeh dari gunung Santri Bojonegara yang bersedia dijadikan senjata pamungkas untuk mengalahkan ilmu kesaktian Raja Banten Pucuk Umun.
Raja Banten Pucuk Umun mengeluarkan Ayam Jago yang tercipta dari besi tua pulasani dengan suara berkokok tiga kali, sedangkan Pangeran Sabakingking mengeluarkan ilmu kesaktiannya dengan menjadikan Kyai Syekh Sholeh sebagai ayam jago merah putih/Jalak Banten yang tercipta dari do’a Nurbuat.
Pertarungan kedua ayam jago tersebut sangat sengit sehingga memakan waktu selama tiga hari tiga malam, dan akhirnya ayam jago Jalak Pucuk Umun berhasil digebrak dan dikalahkan oleh ayam jago merah putih/Jalak Banten.
Ayam jago Jalak Pucuk Umun tubuhnya hancur berantakan sampai terpental jatuh di lautan selatan Ujung Kulon, berbatasan dengan laut selatan Pelabuhan Ratu yaitu di sekirar daerah Gentar Bumi Cisolok.
Raja Banten Pucuk Umun menerima kekalahannya dan bersedia untuk masuk Islam, namun bukan di daerah Banten, yang diminta adalah masuk Islam di Mekkah di hadapan makam Nabi Muhammad SAW di Madinatul Munawaroh dengan Islam Tunggal/pertama.
Dalam proses peng-Islam-an tersebut, dikabarkan bahwa menggunakan Sutra Kamanden milik ayahanda Pangeran Sabakingking (Syarif Hidayatullah) untuk menjemput Raja Banten Pucuk Umun yang juga memohon kepada Pangeran Sabakingking untuk tidak mengganggu balad-baladnya yang berjumlah 40 orang (kemudian dikenal dan disebut sebagai masyarakat Badui) agar tetap hidup di daerah pedalaman yang luasnya kurang lebih 600 hektar dan dibiarkan menganut ajaran kepercayaan animisme Sunda Wiwitan/Sunda Kelapa, apabila lebih dari 40 orang, maka diperbolehkan selebihnya tersebut masuk Islam.
Setelah Raja Banten Pucuk Umun masuk Islam, beliau tidak lagi memimpin masyarakat Banten dengan kepercayaan animismenya, dan kemudian tinggal untuk selama-lamanya di tanah Mekkah tepatnya di Madinatul Munawaroh dengan berganti nama Syekh Ahmad Badawi, sehingga ada pepatah masyarakat Badui/Rawayan “Aing mah teu wasa” (saya tidak kuasa) karena mereka sudah tidak lagi mempunyai raja/ pemimpin.
Seni Budaya Banten
Setelah masyarakat Banten tidak mempunyai lagi raja/pemimpin, masyarakat Banten kemudian dikumpulkan kolektif secara terus menerus dan bertahap serta diajak bersama-sama untuk masuk Islam yang dipimpin oleh Ki Mas Jong dan Ki Mas Ju, dengan menggunakan sarana Seni Budaya Banten, acara penobatan serta peng-Islaman masyarakat Banten langsung dipimpin oleh Pangeran Sabakingking (Maulana Hasanudin).
Dalam upaya mengumpulkan masyarakat Banten, adapun Seni dan Budaya Banten yang digunakan sebagai media adalah ; Debus Almadad, Toya Sarung Dayung, Gaclek, Pencak Silat, Kendang Patingtung, Terbang Gede, Terbang Rudat, Angklung Buhun, Ujungan/Ganjuran, Bedug Lojor, Bedug Dongdong, dan lain-lain.
Banten Setelah Islam
Pada pertengahan abad ke-16, dimana masyarakat Banten telah menganut ajaran Islam, Pangeran Sabakingking memisahkan kewalian dari tangan kekuasaan Ayahandanya (Sultan Syarif Hidayatullah/Sunan Gunung Jati Cirebon), Banten kemudian dikukuhkan menjadi Kesultanan Banten yang tahta kepemimpinannya langsung di pegang oleh Pangeran Sabakingking dengan bergelar Sultan Maulana Hasanudin sebagai Sultan yang Pertama pada tahun 1525 Masehi. Kemudian Islam berkembang dengan pesatnya di tanah Banten dan Sultan Maulana Hasanudin membangun Keraton Kesultanan Banten di wilayah Kasunyatan Kasemen dan sarana-sarana lainnya. Pendidikan keagamaan terus ditingkatkan dari dusun ke dusun, guru-guru ngaji bersatu untuk mengajar masyarakat yang belum bisa mengaji, sehingga tercipta kondisi yang kondusif, aman, tertib, damai dan bersatu.
Dari Keraton Kesultanan Banten, Sultan Maulana Hasanudin mendapat informasi bahwa di daerah pesisir Selat Sunda yaitu pesisir Anyar Lor sampai dengan pesisir Carita, penduduknya masih banyak yang menganut dan memeluk ajaran kepercayaan animisme Sunda Wiwitan.
Atas dasar laporan dan kajian yang dapat dibenarkan, maka Sultan Maulana Hasanudin selaku Sultan Banten mengundang Pangeran Raden Inten dari Lampung untuk datang ke Keraton Kesultanan Banten, dimana Lampung pada waktu itu termasuk wilayah kekuasaan Kesultanan Banten.
Komunikasi, konsultasi dan koordinasi yang dilakukan antara Sultan Banten dan Pangeran Lampung dengan kesimpulan; Pangeran Raden Inten selaku Pangeran Lampung dengan balad-baladnya sebanyak 40 orang ditugaskan untuk meng-Islam-kan masyarakat pesisir Selat Sunda yang masih menganut ajaran kepercayaan animisme Sunda Wiwitan.
Selanjutnya, setelah berhasil meng-Islam-kan masyarakat pesisir Selat Sunda (Anyar Lor sampai Carita), Pangeran Raden Inten beserta balad-baladnya diberikan hadiah sebuah pulau yang bernama pulau Sang Hyang dengan luas sekitar 700 hektar. Hadiah tersebut diberikan atas jasa Pangeran Raden Inten dan balad-baladnya beserta anak cucunya untuk tinggal ditanah Banten, sekarang telah berkembang dan telah mempunyai suatu desa yang bernama Cikoneng.
Penutup
Demikianlah sekilas paparan sejarah Banten agar dapat dijadikan suri tauladan bagi seluruh masyarakat Banten, khususnya untuk keluarga besar Paguron Jalak Banten dan Pondok Pesantren Al-Bantani, agar dapat menemukan kembali jati diri ke-Banten-an dan men-JALAK-an diri serta menerapkannya dalam kehidupan.
Jalankan Aturan Lelakon Amanah Karuhun BANTEN
Silsilah Kepemimpinan Kesultanan Banten :
1. Tahun 1525–1570 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Maulana Hasanudin sebagai Sultan Banten I. Beliau adalah putra ke-4 Sultan Syarif Hidayatullah/Sunan Gunung Jati Cirebon.
2. Tahun 1570–1580 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Maulana Yusuf, sebagai Sultan Banten II. Beliau adalah putra Sultan Maulana Hasanudin yang ke-2.
3. Tahun 1580–1596 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Muhamad Ratu Banten sebagai Sultan Banten III. Beliau adalah putra Sultan Maulana Yusuf yang ke-14.
4. Tahun 1596-1640 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Abdul Mufakir Mahmud Abdul Kadir Kenari sebagai Sultan Banten IV. Beliau adalah putra Sultan Muhamad Ratu Banten yang ke-1.
5. Tahun 1640–1651 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Abdul Ma’ali Ahmad sebagai Sultan Banten V. Beliau adalah Putra Sultan Abdul Mufakir Mahmud Abdul Kadir Kenari yang ke-1.
6. Tahun 1651–1672 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa Abul Fatih Abdul Fatah sebagai Sultan Banten VI. Beliau adalah putra Sultan Abdul Ma’ali Ahmad yang ke-1.
7. Tahun 1672–1687 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Haji Abunasor Abdul Kohar Nasiruddin sebagai Sultan Banten VII. Beliau adalah putra Sultan Agung Tirtayasa yang ke-1.
8. Tahun 1687–1690 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Fadal Muhamad Yahya sebagai Sultan Banten VIII. Beliau putra Sultan Haji Abunasor Abdul Kohar Nasiruddin yang ke-1.
9. Tahun 1690–1733 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Mahasir Zainal Abidin sebagai Sultan Banten IX. Beliau adalah putra Sultan Haji Abunasor Abdul Kohar Nasiruddin yang ke-2.
10. Tahun 1733–1750 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Muhamad Syifa Zainal Arifin sebagai Sultan Banten X. Beliau adalah putra Sultan Mahasir Zainal Abidin yang ke-1.
11. Tahun 1750–1752 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Syarifudin Ratu Wakil sebagai Sultan Banten XI. Beliau anak menantunya Sultan Muhamad Syifa Zainal Abidin.
12. Tahun 1752–1753 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Muhamad Wasi Zainal Alimin sebagai Sultan Banten XII. Beliau adalah putra Sultan Mahasir Zainal Abidin yang ke-2.
13. Tahun 1753–1773 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Muhamad ‘Arief Zainal Asikin sebagai Sultan Banten XIII. Beliau putra Sultan Muhamad Syifa Zainal Arifin yang ke-1.
14. Tahun 1773–1799 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Abul Mafakir Muhamad ‘Aliyudin sebagai Sultan Banten XIV. Beliau putra Sultan Muhamad ‘Arief Zainal Asikin yang ke-1.
15. Tahun 1799–1801 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Muhamad Muhyiddin Zainal Solihin sebagai Sultan Banten XV. Beliau putra Sultan Muhamad ‘Arief Zainal Asikin yang ke-2.
16. Tahun 1801–1802 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Muhamad Ishaq Muttaqin sebagai Sultan Banten XVI. Beliau putra Sultan Abdul Mafakir Muhamad ‘Aliyudin yang ke-1.
17. Tahun 1802–1803 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Pangeran Nata Auliya sebagai Sultan Banten XVII.
18. Tahun 1803–1808 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Muhamad Alilludin (Aliyudin) sebagai Sultan Banten XVIII. Beliau putra Sultan Abul Mafakir Muhamad ‘Aliyudin yang ke-2.
19. Tahun 1808–1809 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Wakil Pangeran Suramenggala sebagai Sultan Banten XIX.
20. Tahun 1809–1813 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Muhamad Syafiyuddin sebagai Sultan Banten XX.
21. Tahun 1813–1820 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Muhamad Rofiudin sebagai Sultan Banten XXI.
Sultan Banten XXI (Sultan Muhamad Rofiudin), meninggalkan tanah Banten sekitar tahun 1820 M, kepergiannya sangat misterius, tanpa pesan dan kesan kepada masyarakat Banten. Belakangan ini sekitar 17 tahun yang lalu, Sultan Muhamad Rofiudin meninggal dunia di Surabaya.
Desember 2010
Penanggung Jawab Sejarah Banten
DR. KH. TB. Sangadiah, MA
Pengasuh Pondok Pesantren AL-BANTANI
Pendiri / Ketua Umum Paguron Jalak Banten Nusantara
1. Banten Sebelum Islam
Pada era sebelum Islam, Banten yang berbentuk Kerajaan dipimpin oleh seorang Raja yang bernama Pucuk Umun, dan mempunyai Patih yang sangat tangguh dan dikenal dengan nama Ajar Jo dan Ajar Ju. Agama yang dianut pada masa itu adalah ajaran kepercayaan atau Animisme Sunda Wiwitan atau ajaran Sunda Kelapa.
Secara geografis, Kerajaan Banten sebelum Islam terletak di daerah Bayah Malingping, berbatasan dengan daerah Bayah dan Pelabuhan Ratu Sukabumi dan berbatasan dengan daerah kekuasaan Kerajaan Sunda Pajajaran yang kala itu dipimpin oleh Prabu Siliwangi.
Situs Kerajaan Banten pra Islam terletak di daerah Sempu Banten Girang Kota Serang (sekarang) dengan nama Padepokan Wahanten Girang, di tempat ini biasa dilakukan seba (bertemu) dan bermusyawarah baik antara Raja dan Patihnya maupun dengan balad-baladnya untuk memantau situasi dan kondisi wilayah Kerajaan Banten.
Namun, Kerajaan Banten pra Islam secara misterius hilang tanpa bekas dan berubah menjadi kerajaan alam ghaib, dan hal yang serupa pula terjadi pada Kerajaan Pajajaran, hal ini terjadi setelah Islam masuk ke wilayah Banten.
Secara umum, Kerajaan Banten yang mayoritas penduduknya menganut ajaran/kepercayaan Animisme Sunda Wiwitan/ Sunda Kelapa, pada masa yang sama rupanya di sebuah dusun kecil yang bernama Joglo/Terumbu secara geografis berada di tengah laut yang berbentuk pulau/atol/terumbu karang) yang pada saat itu penduduknya hanya ada 7 (tujuh) Kepala Keluarga, telah menganut ajaran Islam dan mempunyai seorang Kepala Dusun bernama Kyai Syekh Abdul Kahfi yang berasal dari Baghdad (Irak) yang dikala itu masih dalam kekuasaan Mekkah.
Di dusun Joglo/Terumbu tersebut, Kyai Syekh Abdul Kahfi mempunyai 9 orang murid yang datang dari berbagai daerah, beliau mengajarkan Ilmu Thorekat Kholidiyah dan Ilmu Ketangkasan bela diri jurus wahyu taqwa.
Ketika Sultan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) Cirebon (cucu dari Prabu Siliwangi) datang ke tanah Banten (1425 – 1448 M) adalah sebagai hubungan diplomatik dan penjajakan situasi/kondisi tanah Banten, dan sama sekali bukan sebagai penyebar agama Islam.
Setelah mempelajari dan mengetahui situasi dan kondisi tanah Banten, Sultan Syarif Hidayatullah kembali ke kesultanan Gunung Jati Cirebon, selanjutnya menugaskan putranya bernama Sabakingking (kelak bergelar Maulana Hasanudin) untuk datang ke tanah Banten dengan pengawal yang mempunyai kesaktian yaitu bernama Kyai Syekh Abdul Fatah dan beliau berasal dari Baghdad (Irak).
Setibanya Pangeran Sabakingking ke tanah Banten bersama pengawalnya singgah terlebih dahulu dan menghadap kepada Syekh Abdul Kahfi di dusun Joglo/Terumbu yang pada waktu itu adalah sebagai ulama besar di tanah Banten untuk meminta petunjuk dan nasehatnya.
Misi Pangeran Sabakingking adalah untuk meng-Islamkan raja Banten Pucuk Umun dan para pengawalnya yaitu Ajar Jo dan Ajar Ju. Dengan mengeluarkan jurus kesaktiannya, Pangeran Sabakingking dapat menaklukan Ajar Jo dan Ajar Ju untuk masuk Islam Tunggal, penobatan kedua pengawal Raja Banten tersebut dilakukan di tengah segara Selat Sunda dengan menggunakan perahu jukung.
Dalam proses pengucapan dua kalimat syahadat tersebut, Ajar Jo dan Ajar Ju meminta kepada Pangeran Sabakingking untuk mengeluarkan jurus saktinya, yaitu memancing ikan di segara Selat Sunda dalam waktu sekejap ke dalam perahu jukung agar penuh dengan ikan, dengan bahasa kalimat “kun fa yakun” kemudian Pangeran Sabakingking berhasil mengisi perahu jukung dengan ikan- ikan laut segara Selat Sunda. Kemudian Ajar Jo dan Ajar Ju langsung masuk Islam dan mengucapkan kalimat syahadat dihadapan Pangeran Sabakingking.
Setelah kedua patih Kerajaan Banten tersebut masuk Islam, kini Raja Banten Pucuk Umun dikejar oleh Pangeran Sabakingking untuk di-Islamkan, dan Ki Mas Jong serta Ki Mas Ju mendapat tugas untuk datang ke Padepokan Banten Girang dengan maksud agar tidak dicurigai oleh Raja Pucuk Umun.
Namun Raja Pucuk Umun yang memiliki kemampuan weruh sadurung winara, mengetahui bahwa kedatangan Ki Mas Jong dan Ki Mas Ju adalah membawa misi dari Pangeran Sabakingkin untuk meng-Islam-kannya, Kemudian sebelum kedua patihnya tiba di Padepokan Banten Girang, Raja Pucuk Umun beserta balad-baladnya telah pergi bersembunyi diatas gunung Pulosari di daerah Menes Pandeglang.
Pangeran Sabakingking (Maulana Hasanudin) mendengar dan mengetahui bahwa Pucuk Umun beserta balad-baladnya telah meninggalkan Padepokan Banten Girang, maka Pangeran Sabakingking mengejarnya dan datang ke gunung Pulosari untuk bertemu dengan Raja Banten Pucuk Umun, akhirnya terjadilah diplomasi dan argumentasi yang cukup sengit, alot serta ulet, perdebatan tersebut akhirnya diakhiri dengan adu kesaktian. Kemudian Raja Banten Pucuk Umun berkata “Aing teu daek nyerah, teu daek eleh, saacana ngadu elmu heula jeung Aing” (saya tidak akan menyerah, tidak akan mengalah, sebelum mengadu ilmu kesaktian dengan saya), begitulah Raja Pucuk Umun sesumbar kepada Pangeran Sabakingking yang kemudian menjawab sesumbar Raja Pucuk Umun dengan dialek bahasa Jawa Bantennya dengan lantang “Ayu saiki ning endi tempate?!, ning laut, ning awang-awang, ning daratan, kite cangcang serengenane telung dina telung bengi!” (ayo sekarang dimana tempatnya!?, dilaut, diatas mega, didaratan, saya ikat mataharinya tiga hari tiga malam!).
Kesepakatan untuk mengadu Ilmu Kesaktian tersebut kemudian dilangsungkan di bumi Allah, bertempat di daerah Tegal Papak Labuan (arah menuju Panimbang) yang sekarang bagian Kabupaten Pandeglang - Banten. Seluruh balad-balad Raja Banten Pucuk Umun dikumpulkan untuk menyaksikan, begitu pula balad-balad Pangeran Sabakingking, dan diantara balad-balad Pangeran Sabakingking, terdapat pula seorang pendekar ksatria bernama Kyai Syekh Sholeh dari gunung Santri Bojonegara yang bersedia dijadikan senjata pamungkas untuk mengalahkan ilmu kesaktian Raja Banten Pucuk Umun.
Raja Banten Pucuk Umun mengeluarkan Ayam Jago yang tercipta dari besi tua pulasani dengan suara berkokok tiga kali, sedangkan Pangeran Sabakingking mengeluarkan ilmu kesaktiannya dengan menjadikan Kyai Syekh Sholeh sebagai ayam jago merah putih/Jalak Banten yang tercipta dari do’a Nurbuat.
Pertarungan kedua ayam jago tersebut sangat sengit sehingga memakan waktu selama tiga hari tiga malam, dan akhirnya ayam jago Jalak Pucuk Umun berhasil digebrak dan dikalahkan oleh ayam jago merah putih/Jalak Banten.
Ayam jago Jalak Pucuk Umun tubuhnya hancur berantakan sampai terpental jatuh di lautan selatan Ujung Kulon, berbatasan dengan laut selatan Pelabuhan Ratu yaitu di sekirar daerah Gentar Bumi Cisolok.
Raja Banten Pucuk Umun menerima kekalahannya dan bersedia untuk masuk Islam, namun bukan di daerah Banten, yang diminta adalah masuk Islam di Mekkah di hadapan makam Nabi Muhammad SAW di Madinatul Munawaroh dengan Islam Tunggal/pertama.
Dalam proses peng-Islam-an tersebut, dikabarkan bahwa menggunakan Sutra Kamanden milik ayahanda Pangeran Sabakingking (Syarif Hidayatullah) untuk menjemput Raja Banten Pucuk Umun yang juga memohon kepada Pangeran Sabakingking untuk tidak mengganggu balad-baladnya yang berjumlah 40 orang (kemudian dikenal dan disebut sebagai masyarakat Badui) agar tetap hidup di daerah pedalaman yang luasnya kurang lebih 600 hektar dan dibiarkan menganut ajaran kepercayaan animisme Sunda Wiwitan/Sunda Kelapa, apabila lebih dari 40 orang, maka diperbolehkan selebihnya tersebut masuk Islam.
Setelah Raja Banten Pucuk Umun masuk Islam, beliau tidak lagi memimpin masyarakat Banten dengan kepercayaan animismenya, dan kemudian tinggal untuk selama-lamanya di tanah Mekkah tepatnya di Madinatul Munawaroh dengan berganti nama Syekh Ahmad Badawi, sehingga ada pepatah masyarakat Badui/Rawayan “Aing mah teu wasa” (saya tidak kuasa) karena mereka sudah tidak lagi mempunyai raja/ pemimpin.
Seni Budaya Banten
Setelah masyarakat Banten tidak mempunyai lagi raja/pemimpin, masyarakat Banten kemudian dikumpulkan kolektif secara terus menerus dan bertahap serta diajak bersama-sama untuk masuk Islam yang dipimpin oleh Ki Mas Jong dan Ki Mas Ju, dengan menggunakan sarana Seni Budaya Banten, acara penobatan serta peng-Islaman masyarakat Banten langsung dipimpin oleh Pangeran Sabakingking (Maulana Hasanudin).
Dalam upaya mengumpulkan masyarakat Banten, adapun Seni dan Budaya Banten yang digunakan sebagai media adalah ; Debus Almadad, Toya Sarung Dayung, Gaclek, Pencak Silat, Kendang Patingtung, Terbang Gede, Terbang Rudat, Angklung Buhun, Ujungan/Ganjuran, Bedug Lojor, Bedug Dongdong, dan lain-lain.
Banten Setelah Islam
Pada pertengahan abad ke-16, dimana masyarakat Banten telah menganut ajaran Islam, Pangeran Sabakingking memisahkan kewalian dari tangan kekuasaan Ayahandanya (Sultan Syarif Hidayatullah/Sunan Gunung Jati Cirebon), Banten kemudian dikukuhkan menjadi Kesultanan Banten yang tahta kepemimpinannya langsung di pegang oleh Pangeran Sabakingking dengan bergelar Sultan Maulana Hasanudin sebagai Sultan yang Pertama pada tahun 1525 Masehi. Kemudian Islam berkembang dengan pesatnya di tanah Banten dan Sultan Maulana Hasanudin membangun Keraton Kesultanan Banten di wilayah Kasunyatan Kasemen dan sarana-sarana lainnya. Pendidikan keagamaan terus ditingkatkan dari dusun ke dusun, guru-guru ngaji bersatu untuk mengajar masyarakat yang belum bisa mengaji, sehingga tercipta kondisi yang kondusif, aman, tertib, damai dan bersatu.
Dari Keraton Kesultanan Banten, Sultan Maulana Hasanudin mendapat informasi bahwa di daerah pesisir Selat Sunda yaitu pesisir Anyar Lor sampai dengan pesisir Carita, penduduknya masih banyak yang menganut dan memeluk ajaran kepercayaan animisme Sunda Wiwitan.
Atas dasar laporan dan kajian yang dapat dibenarkan, maka Sultan Maulana Hasanudin selaku Sultan Banten mengundang Pangeran Raden Inten dari Lampung untuk datang ke Keraton Kesultanan Banten, dimana Lampung pada waktu itu termasuk wilayah kekuasaan Kesultanan Banten.
Komunikasi, konsultasi dan koordinasi yang dilakukan antara Sultan Banten dan Pangeran Lampung dengan kesimpulan; Pangeran Raden Inten selaku Pangeran Lampung dengan balad-baladnya sebanyak 40 orang ditugaskan untuk meng-Islam-kan masyarakat pesisir Selat Sunda yang masih menganut ajaran kepercayaan animisme Sunda Wiwitan.
Selanjutnya, setelah berhasil meng-Islam-kan masyarakat pesisir Selat Sunda (Anyar Lor sampai Carita), Pangeran Raden Inten beserta balad-baladnya diberikan hadiah sebuah pulau yang bernama pulau Sang Hyang dengan luas sekitar 700 hektar. Hadiah tersebut diberikan atas jasa Pangeran Raden Inten dan balad-baladnya beserta anak cucunya untuk tinggal ditanah Banten, sekarang telah berkembang dan telah mempunyai suatu desa yang bernama Cikoneng.
Penutup
Demikianlah sekilas paparan sejarah Banten agar dapat dijadikan suri tauladan bagi seluruh masyarakat Banten, khususnya untuk keluarga besar Paguron Jalak Banten dan Pondok Pesantren Al-Bantani, agar dapat menemukan kembali jati diri ke-Banten-an dan men-JALAK-an diri serta menerapkannya dalam kehidupan.
Jalankan Aturan Lelakon Amanah Karuhun BANTEN
Silsilah Kepemimpinan Kesultanan Banten :
1. Tahun 1525–1570 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Maulana Hasanudin sebagai Sultan Banten I. Beliau adalah putra ke-4 Sultan Syarif Hidayatullah/Sunan Gunung Jati Cirebon.
2. Tahun 1570–1580 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Maulana Yusuf, sebagai Sultan Banten II. Beliau adalah putra Sultan Maulana Hasanudin yang ke-2.
3. Tahun 1580–1596 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Muhamad Ratu Banten sebagai Sultan Banten III. Beliau adalah putra Sultan Maulana Yusuf yang ke-14.
4. Tahun 1596-1640 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Abdul Mufakir Mahmud Abdul Kadir Kenari sebagai Sultan Banten IV. Beliau adalah putra Sultan Muhamad Ratu Banten yang ke-1.
5. Tahun 1640–1651 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Abdul Ma’ali Ahmad sebagai Sultan Banten V. Beliau adalah Putra Sultan Abdul Mufakir Mahmud Abdul Kadir Kenari yang ke-1.
6. Tahun 1651–1672 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa Abul Fatih Abdul Fatah sebagai Sultan Banten VI. Beliau adalah putra Sultan Abdul Ma’ali Ahmad yang ke-1.
7. Tahun 1672–1687 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Haji Abunasor Abdul Kohar Nasiruddin sebagai Sultan Banten VII. Beliau adalah putra Sultan Agung Tirtayasa yang ke-1.
8. Tahun 1687–1690 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Fadal Muhamad Yahya sebagai Sultan Banten VIII. Beliau putra Sultan Haji Abunasor Abdul Kohar Nasiruddin yang ke-1.
9. Tahun 1690–1733 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Mahasir Zainal Abidin sebagai Sultan Banten IX. Beliau adalah putra Sultan Haji Abunasor Abdul Kohar Nasiruddin yang ke-2.
10. Tahun 1733–1750 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Muhamad Syifa Zainal Arifin sebagai Sultan Banten X. Beliau adalah putra Sultan Mahasir Zainal Abidin yang ke-1.
11. Tahun 1750–1752 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Syarifudin Ratu Wakil sebagai Sultan Banten XI. Beliau anak menantunya Sultan Muhamad Syifa Zainal Abidin.
12. Tahun 1752–1753 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Muhamad Wasi Zainal Alimin sebagai Sultan Banten XII. Beliau adalah putra Sultan Mahasir Zainal Abidin yang ke-2.
13. Tahun 1753–1773 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Muhamad ‘Arief Zainal Asikin sebagai Sultan Banten XIII. Beliau putra Sultan Muhamad Syifa Zainal Arifin yang ke-1.
14. Tahun 1773–1799 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Abul Mafakir Muhamad ‘Aliyudin sebagai Sultan Banten XIV. Beliau putra Sultan Muhamad ‘Arief Zainal Asikin yang ke-1.
15. Tahun 1799–1801 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Muhamad Muhyiddin Zainal Solihin sebagai Sultan Banten XV. Beliau putra Sultan Muhamad ‘Arief Zainal Asikin yang ke-2.
16. Tahun 1801–1802 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Muhamad Ishaq Muttaqin sebagai Sultan Banten XVI. Beliau putra Sultan Abdul Mafakir Muhamad ‘Aliyudin yang ke-1.
17. Tahun 1802–1803 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Pangeran Nata Auliya sebagai Sultan Banten XVII.
18. Tahun 1803–1808 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Muhamad Alilludin (Aliyudin) sebagai Sultan Banten XVIII. Beliau putra Sultan Abul Mafakir Muhamad ‘Aliyudin yang ke-2.
19. Tahun 1808–1809 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Wakil Pangeran Suramenggala sebagai Sultan Banten XIX.
20. Tahun 1809–1813 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Muhamad Syafiyuddin sebagai Sultan Banten XX.
21. Tahun 1813–1820 M, Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Muhamad Rofiudin sebagai Sultan Banten XXI.
Sultan Banten XXI (Sultan Muhamad Rofiudin), meninggalkan tanah Banten sekitar tahun 1820 M, kepergiannya sangat misterius, tanpa pesan dan kesan kepada masyarakat Banten. Belakangan ini sekitar 17 tahun yang lalu, Sultan Muhamad Rofiudin meninggal dunia di Surabaya.
Desember 2010
Penanggung Jawab Sejarah Banten
DR. KH. TB. Sangadiah, MA
Pengasuh Pondok Pesantren AL-BANTANI
Pendiri / Ketua Umum Paguron Jalak Banten Nusantara
Sejarah Singkat PPS. KOSIMO
Alm.KECIL ALIMUN adalah keturunan betawi yang merantau ke medan - Sumatra Utara dan diangkat menjadi keluarga Kerajaan Sulthan Deli ( Istana Maimon ) untuk melatih ilmu bela diri silat KOSIMO di keluarga Kerajaan Sulthan Deli. Nama "Kecil Alimun" menjadi terkenal di pulau Sumatra karena selalu menang pada setiap pertaruang melawan Pendekar - pendekar dan Jawara - jawara terhebat di Pulau Sumatra.
Kecil Alimun Wafat antara rentang tahun 1950 - 1965 dan sebagai penghormatan keluarga Sulthan Deli, Jasad Kecil Alimun dikebumikan di samping Masjid Raya Al-Mashun ( Sekarang Jl.SM Raja Medan ), dan nama beliau diabadikan menjadi nama gang di Jl.Puri,Kelurahan Kota Matsum III, Medan, yaitu : Gg.K.Alimun.
Pasca Indonesia Merdeka ( 17 Agustus 1945 ), Kecil Alimun tidak lagi mendapat kesejahteraan dari Kerajaan Sulthan Deli karena fungsi kerjaan sudah diambil alih oleh Sistem Pemerintahan NKRI ( Negara Kesatuan Republik Indonesia ), dan Kecil Alimun akhirnya membuka pelatihan Pencak Silat Kosimo di luar kerajaan ( Untuk Masyarakat Umum ), sebagai usaha dalam menafkahi keluarganya.
Pelatih Silat Kosimo mendapat sambutan baik di tengah masyarakat dan melahirkan generasi penerus yang terkenal diantaranya :
Alm. Pak Sagi
Alm. Pak Ibrahim
Alm. Pak Nurdin
Alm. Pak Pancal
Alm. Pak Sukijo
Alm. Pak Salim dan
Pak Sulaiman
Pak Sulaiman sempat belajar juga dengan pak sukijo dan pak sagi, karena kecil alimun sudah semangkin tua.
Pak Sulaiman merupakan salah satu sesepuh yang turut membidani berdirinya IPSI di Sumatra Utara, selanjutnya pada tanggal 11 Februari 1991 Pak Sulaiman meng-akte-kan Silat Kosimo ber-badan hukum Yayasan Kosimo - Kantor Pusat berkedudukan di kota Medan-Sumatra Utara-Indonesia.
Silat KOSIMO merupakan aliran silat Cimandde, Kwitang, dan Sholin yang diwarisi Alm. Kecil Alimun dari seorang Jagoan Betawi ahli dalam ilmu silat Cimande dan Kwitang bernama Pak JA'MAN ( 1901 M ) yang saat itu bertempat tinggal di Jalan Sawah Besar, Bendeng Jaga Monyet Betawi. Pak Ja'man pernah bertarung dengan seorang Pendekar yang berasal dari negeri China, Bernama Tankiam yang alhli dalam ilmu bela diri Sholin. Singkat cerita, dalam pertarungan melumpuhkan serangan tangan, Pak Ja'man lebih mahir dan unggul, namun dalam pertarungan menggunakan kaki ternyata Tankiam lebih terampil sehingga pak Ja'man agak sedikit kewalahan dalam menghadapinnya.
Akhirnya ilmu silat Cimande dan Kwitang dikobinasikan Pak Ja'man dengan ilmu silat Sholin yang dibawa oleh Tankiam. Dan Pak Ja'man menamakan silat kombinasi tersebut dengan sebutan "Korek Si Monyet" atau di singkat ( KOSIMO ).
Pak Sulaiman menurunkan ilmu Kosimo yang sekarang masih mengajar di jakarta dan di medan, Murid Pak Sulaiman yang terkenal.
1.Muhammad Yusuf
2.Andi Syahputra, S.Pd.I
Lalu di Susul Oleh 6 Pendekar Sampai Sekarang
1. Supriadi S.ag
2. Roy ziki Feriandi
3. Malik
4. Ray
5. Hardi
6. Guntur
Sumber By : Tengku Royziki Feriandi
Kecil Alimun Wafat antara rentang tahun 1950 - 1965 dan sebagai penghormatan keluarga Sulthan Deli, Jasad Kecil Alimun dikebumikan di samping Masjid Raya Al-Mashun ( Sekarang Jl.SM Raja Medan ), dan nama beliau diabadikan menjadi nama gang di Jl.Puri,Kelurahan Kota Matsum III, Medan, yaitu : Gg.K.Alimun.
Pasca Indonesia Merdeka ( 17 Agustus 1945 ), Kecil Alimun tidak lagi mendapat kesejahteraan dari Kerajaan Sulthan Deli karena fungsi kerjaan sudah diambil alih oleh Sistem Pemerintahan NKRI ( Negara Kesatuan Republik Indonesia ), dan Kecil Alimun akhirnya membuka pelatihan Pencak Silat Kosimo di luar kerajaan ( Untuk Masyarakat Umum ), sebagai usaha dalam menafkahi keluarganya.
Pelatih Silat Kosimo mendapat sambutan baik di tengah masyarakat dan melahirkan generasi penerus yang terkenal diantaranya :
Alm. Pak Sagi
Alm. Pak Ibrahim
Alm. Pak Nurdin
Alm. Pak Pancal
Alm. Pak Sukijo
Alm. Pak Salim dan
Pak Sulaiman
Pak Sulaiman sempat belajar juga dengan pak sukijo dan pak sagi, karena kecil alimun sudah semangkin tua.
Pak Sulaiman merupakan salah satu sesepuh yang turut membidani berdirinya IPSI di Sumatra Utara, selanjutnya pada tanggal 11 Februari 1991 Pak Sulaiman meng-akte-kan Silat Kosimo ber-badan hukum Yayasan Kosimo - Kantor Pusat berkedudukan di kota Medan-Sumatra Utara-Indonesia.
Silat KOSIMO merupakan aliran silat Cimandde, Kwitang, dan Sholin yang diwarisi Alm. Kecil Alimun dari seorang Jagoan Betawi ahli dalam ilmu silat Cimande dan Kwitang bernama Pak JA'MAN ( 1901 M ) yang saat itu bertempat tinggal di Jalan Sawah Besar, Bendeng Jaga Monyet Betawi. Pak Ja'man pernah bertarung dengan seorang Pendekar yang berasal dari negeri China, Bernama Tankiam yang alhli dalam ilmu bela diri Sholin. Singkat cerita, dalam pertarungan melumpuhkan serangan tangan, Pak Ja'man lebih mahir dan unggul, namun dalam pertarungan menggunakan kaki ternyata Tankiam lebih terampil sehingga pak Ja'man agak sedikit kewalahan dalam menghadapinnya.
Akhirnya ilmu silat Cimande dan Kwitang dikobinasikan Pak Ja'man dengan ilmu silat Sholin yang dibawa oleh Tankiam. Dan Pak Ja'man menamakan silat kombinasi tersebut dengan sebutan "Korek Si Monyet" atau di singkat ( KOSIMO ).
Pak Sulaiman menurunkan ilmu Kosimo yang sekarang masih mengajar di jakarta dan di medan, Murid Pak Sulaiman yang terkenal.
1.Muhammad Yusuf
2.Andi Syahputra, S.Pd.I
Lalu di Susul Oleh 6 Pendekar Sampai Sekarang
1. Supriadi S.ag
2. Roy ziki Feriandi
3. Malik
4. Ray
5. Hardi
6. Guntur
Sumber By : Tengku Royziki Feriandi
Selasa, 12 Februari 2019
Sejarah Kuntau Sialang
Seni Beladiri diri pencak silat ini pertama kali di perkenalkan Oleh Bapak Husin Ahmad di Desa Kayu Are Kabupaten Musi Banyuasin
Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 1954 sampai tahun 1974 yang dikenal dengan nama PALKAR (Palembang Kayu Are). Kemudian Bapak Husin Ahmad pada tahun 1966 pindah ke Palembang maka kegiatan Pencak Silat di Desa Kayu Are terhenti.
Aliran Pencak Silat (kuntau) yang saat ini berkembang
merupakan ciptaan dari Bapak Husin Ahmad sendiri, yang mana telah beliau ramu sedimikian rupa dari 7 (tujuh) orang Guru beliau yang bernama : Zainuri, Cemong, Asla,Ate,Muin,Tjik Usin dan Sastro
sehingga lahirlah Aliran Pencak Silat ini,dengan nama Aliran Si Usin.
Inti dari gerakan Aliran Si Usin adalah 12 pola langkah (jurus gerakan)
yang terdiri dari :
A. 4 (Empat) Kuda-kuda Atas
B. 2 (Dua) Kuda-kuda dua jari dari atas tanah
C. 2 (Dua) Kuda-kuda merapat ke tanah
D. 4 (Empat) Senjata yang terdiri dari : Pisau, cabang , tembung , tad dan gundun. Dll
Dalam perkembangan Aliran Si usin di Palembang pada
tahun 1984 terbentuklah "Persaudaraan Pencak Silat Lebah Sakti atas prakarsa dan mufakat Zawawi Cik Molek, Sultoni, Mahadhy, Azhari, M.Yamin dan Romli Usman Dan pada tahun 1989 dimasukkan jurus tenaga dalam oleh M.Yamin Abdullah Dan Djufri Amajid.
Guna mengembangkan Aliran Si Usin, Pada tanggal 1 januari 2017 Pukul 00.00 wib Atas kesepakatan ahli waris Bapak Husin Ahmad yaitu Irwansyah Husin Dan Faiza. menindaklanjuti dari pertemuan ahli ahli waris maka diadakan pertemuan di Jalan Pembangunan RT.02 Rw.09 Nomor 2094/05 kelurahan Siring Agung Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang yang Di Hadiri Para Murid yaitu Anda Kurnia, Anda Hidayat, M.Iqbal Rosidi Zain, Ahmad Roni , Kunaidi , Fauzi, M. Haris, Farid Wajdy, Ali Nurdin, Alfariza, Khairul Akrobi, Dedi Hendra Dan Ali Rahman maka dibentuklah Persaudaraan Pencak Silat "SIALANG AGUNG" Aliran Kuntau Si Usin di singkat (PPSL"SA" AKSI) sebagai pengembangan dari Aliran Kuntau Si Usin.
Dalam ajaran PPSL"SA"AKSI Mengambil Ciri Khas asli
dari peninggalan Bapak Husin Ahmad baik Kembang, Bunga, Pola Dan Langkah sehingga dari 12 (Dua belas) pola langkah (Jurus Gerakan) akan di kembang menjadi 13( Tiga Belas) Kembang (tari) Dan 7(tujuh Langkah (Gerakan) Yaitu Tendangan , Pukulan, Tangkisan, Elakan/Hindaran,Sapuan, Guntingan, Sambut Buang Makan, Makan Buang Sambut, Kuncian, Bukaan Kunciaan, Bantingan, Begulung di tanah serta Sawai tanggam
Ciri Khas Persaudaraan Pencak SIlat Sialang Agung Aliran Kuntau Si Usin Adalah Salam Tanggam
*Referensi Alfariza Kuntau Sialang
Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 1954 sampai tahun 1974 yang dikenal dengan nama PALKAR (Palembang Kayu Are). Kemudian Bapak Husin Ahmad pada tahun 1966 pindah ke Palembang maka kegiatan Pencak Silat di Desa Kayu Are terhenti.
Aliran Pencak Silat (kuntau) yang saat ini berkembang
merupakan ciptaan dari Bapak Husin Ahmad sendiri, yang mana telah beliau ramu sedimikian rupa dari 7 (tujuh) orang Guru beliau yang bernama : Zainuri, Cemong, Asla,Ate,Muin,Tjik Usin dan Sastro
sehingga lahirlah Aliran Pencak Silat ini,dengan nama Aliran Si Usin.
Inti dari gerakan Aliran Si Usin adalah 12 pola langkah (jurus gerakan)
yang terdiri dari :
A. 4 (Empat) Kuda-kuda Atas
B. 2 (Dua) Kuda-kuda dua jari dari atas tanah
C. 2 (Dua) Kuda-kuda merapat ke tanah
D. 4 (Empat) Senjata yang terdiri dari : Pisau, cabang , tembung , tad dan gundun. Dll
Dalam perkembangan Aliran Si usin di Palembang pada
tahun 1984 terbentuklah "Persaudaraan Pencak Silat Lebah Sakti atas prakarsa dan mufakat Zawawi Cik Molek, Sultoni, Mahadhy, Azhari, M.Yamin dan Romli Usman Dan pada tahun 1989 dimasukkan jurus tenaga dalam oleh M.Yamin Abdullah Dan Djufri Amajid.
Guna mengembangkan Aliran Si Usin, Pada tanggal 1 januari 2017 Pukul 00.00 wib Atas kesepakatan ahli waris Bapak Husin Ahmad yaitu Irwansyah Husin Dan Faiza. menindaklanjuti dari pertemuan ahli ahli waris maka diadakan pertemuan di Jalan Pembangunan RT.02 Rw.09 Nomor 2094/05 kelurahan Siring Agung Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang yang Di Hadiri Para Murid yaitu Anda Kurnia, Anda Hidayat, M.Iqbal Rosidi Zain, Ahmad Roni , Kunaidi , Fauzi, M. Haris, Farid Wajdy, Ali Nurdin, Alfariza, Khairul Akrobi, Dedi Hendra Dan Ali Rahman maka dibentuklah Persaudaraan Pencak Silat "SIALANG AGUNG" Aliran Kuntau Si Usin di singkat (PPSL"SA" AKSI) sebagai pengembangan dari Aliran Kuntau Si Usin.
Dalam ajaran PPSL"SA"AKSI Mengambil Ciri Khas asli
dari peninggalan Bapak Husin Ahmad baik Kembang, Bunga, Pola Dan Langkah sehingga dari 12 (Dua belas) pola langkah (Jurus Gerakan) akan di kembang menjadi 13( Tiga Belas) Kembang (tari) Dan 7(tujuh Langkah (Gerakan) Yaitu Tendangan , Pukulan, Tangkisan, Elakan/Hindaran,Sapuan, Guntingan, Sambut Buang Makan, Makan Buang Sambut, Kuncian, Bukaan Kunciaan, Bantingan, Begulung di tanah serta Sawai tanggam
Ciri Khas Persaudaraan Pencak SIlat Sialang Agung Aliran Kuntau Si Usin Adalah Salam Tanggam
*Referensi Alfariza Kuntau Sialang
Jumat, 25 Januari 2019
Sejarah Komunitas PPPSI
SEJARAH
PASUKAN PERDAMAIAN PENCAK SILAT INDONESIA (PPPSI)
Komunitas PPPSI berawal dari sebuah grup online jejaring sosial facebook yang bernama PP IPSI.
Energi Komunitas PPPSI ini terbentuk pada tanggal 27 November 2011, bermula dari curhatan dan rasa keprihatinan atas maraknya pertikaian antar oknum organisasi atau perguruan silat dengan perguruan silat yang lain, tindakan tindakan anarkis yang mengatasnamakan perguruanya masing-masingpun terjadi. Atas alasan loyalitas dan fanatisme sempit.
Dari rasa keprihatinan itulah muncul sebuah ide untuk membuat sebuah grup online, karena pada waktu itu yang popular adalah jejaring sosial Facebook, maka dipilihlah Facebook sebagai media untuk menyuarakan perdamaian antar organisasi atau perguruan pencak silat yang ada di Indonesia
Para pencentus grup tersebut sadar, bahwa tidak mudah untuk menyuarakan perdamaian, mengajak para insan silat untuk tidak menuruti ego masing-masing, maka mereka bertekad untuk tetap berusaha mengajak atau menyuarakan perdamaian walau harus mulai dari komunitas kecil-kecilan dengan harapan suatu saat nanti bisa besar dan melebarkan sayap perdamaian seluas-luasnya.
Hal ini dapat kita lihat bahwa ide tersebut terprasastikan dikaos kebesaran PP IPSI atau PPPSI dengan adanya tulisan
"Dari komunitas kecil ini kami bertekad untuk melebarkan sayap kami demi perdamaian antar anggota perguruan silat"
Dalam perjalanan grup ini pun mengalami pasang surut, mulai dari sering adu argumen dengan anggota seperguruan atau seorganisasi, dengan kesibukan masing-masing didunia nyata provokasi-provokasi oknum silat, hingga bongkar pasang admin atau pengurus grup, dikarenakan berbagai macam hal yang tidak bisa untuk disalahkan, karena mereka mempunyai dunianya sendiri.
Dan perlu diketahui bahwa selama ini sampai sekarang admin atau pengurus tidak mendapatkan bayaran sepeserpun, hanya rasa keprihatinan dan semangat untuk menghidupkan budaya pencak silat serta kecintaan pada bangsa ini yang menggerakan mereka para penggagas untuk terus memperjuangkan komunitas perjuangan ini, dan tentunya dengan harapan pula bahwa hal ini juga dinilai ibadah oleh Tuhan YME atau kata lain kita sebagai sukarelawan untuk menyuarakan perdamaian.
Bukan hanya didunia maya, kamipun bertekad untuk kibarkan perdamaian didunia nyata dengan adakan KOPDAR (KOPI DARAT) dengan sesama anggota grup.
Kopdar pertama dialun-alun Kota Nganjuk Jawa Timur pada tahun 2012 disusul kopdar di Jakarta tepatnya di Monas dan semakin marak kami adakan kopdar didaerah seperti Jawa Timur : Madiun, Ponorogo, Bojonegoro, Surabaya, Lamongan dll, Jawa Tengah : Sragen, Jawa Barat : Banten, Tangerang, Bekasi dll.
Dari hari kehari rasa antusias dari insan-insan pesilat yang ingin benar mengusung perdamaian dan juga dukungan dari berbagai pihak termasuk pihak keamanan juga IPSI , cita-cita para pencentus grup komunitas ini yaitu untuk melegalkan komunitas menjadi terakui dan berbadan hukum semakin kuat.
Maka seluruh jajaran pengurus grup adakan rapat musyawarah, termasuk bikin syarat utama untuk ajukan sebagai lembaga resmi yaitu dengan membuat AD/ART dll.
Hasil keputusan musyawarah diantaranya menetapkan Madiun sebagai Pusat Komunitas PPPSI dan mengutus Saudara Pengurus yang berdomisili di Madiun sekitar untuk melangkah maju mengajukan komunitas maya menjadi lembaga resmi yang legal dengan akta notaris.
Melalui mekanisme sesuai aturan yang berlaku dan berkat kerjasama saling mendukung baik jajaran pengurus dan anggota pengajuan komunitas kita terima dan tepat pada tanggal 14 April 2015 PPPSI resmi berbadan hukum sebagai lembaga komunitas.
Adapun kenapa kita harus mengganti nama PP IPSI, karena kita bukan untuk menyaingi IPSI, kita malah mendukung penuh semua kegiatan IPSI, dengan nama PPPSI, kita berharap yang masuk menjadi anggota bukan hanya anggota silat yang perguruannya masuk IPSI tetapi semua elemen pesilat/beladiri indonesia dan PS tradisional yang belum terlibat di IPSI
Munas pertama di Madiun, 15 Nopember 2015 menetapkan pembaharuan Pengurus Pusat dengan prinsip prinsip Komunitas yang lebih baik dan membangun PPPSI ke depannya, yaitu Kemandirian, Kesetaraan antar PS, dan Saling menghargai antar member group. Hingga saat ini telah ada lebih dari 30 Korwil seluruh Indonesia dan 3 korwil luar negeri, Malaysia, Taiwan, dan Hongkong. Sedangkan Korwil di Indonesia diantaranya Banten, Bekasi, Lampung, Palembang, Bangka Belitung, Makasar, Merauke, NTB, Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Tuban, Kudus, Lamongan, Bojonegoro, Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Pacitan, Wonogiri, Wonosobo, Cilacap, Magetan, Ponorogo, Ngawi, Sragen, dan Madiun sendiri.
Fokus kegiatan yang dilakukan komunitas ini ke Sosial , peduli masyarakat, dan Budaya, lewat pelestarian khasanah budaya asli Indonesia yaitu Seni Pencak Silat. Salah satu inisiasinya adalah Musium Silat Nusantara, Tradisi Pencak Nusantara, Warung Silat PPPSI, Distro Silat PPPSI dan Galeri Silat PPPSI.
Semakin lama Komunitas ini lebih bisa diterima oleh masyarakat luas karena secara riil melakukan Kopdar di lokasi2 wisata dan mengedukasi lewat muatan lokal Pencak Silat di sekolah sekolah.
Dan para penggiat komunitas ini berasal dari seluruh aliran aliran silat di Nusantara.
Para Sesepuh PS berkenan menjadi Penasehat dan para pimpinan daerah dan pengurus IPSI berkenan untuk menjadi Pembinanya.
Atas berkat rahmat Tuhan YME, Komunitas PPPSI telah menjadi komunitas pelestari Budaya Pencak Silat Nusantara. Dengan memberikan pemahaman lewat filosofi dalam Pencak Silat itu sendiri , yaitu Filosofi Gerak, Filosofi Budaya dan Filosofi Spiritual
Tetap ber MERAH PUTIH dalam GARUDA PANCASILA, dengan balutan BHINEKA TUNGGAL IKA, santun ber INDONESIA RAYA.
SALAM SANTUN SILAT INDONESIA
SANTUN MEMBUMI
Inilah sekilas sejarah PPPSI.
Salam santun Silat Indonesia
PASUKAN PERDAMAIAN PENCAK SILAT INDONESIA (PPPSI)
Komunitas PPPSI berawal dari sebuah grup online jejaring sosial facebook yang bernama PP IPSI.
Energi Komunitas PPPSI ini terbentuk pada tanggal 27 November 2011, bermula dari curhatan dan rasa keprihatinan atas maraknya pertikaian antar oknum organisasi atau perguruan silat dengan perguruan silat yang lain, tindakan tindakan anarkis yang mengatasnamakan perguruanya masing-masingpun terjadi. Atas alasan loyalitas dan fanatisme sempit.
Dari rasa keprihatinan itulah muncul sebuah ide untuk membuat sebuah grup online, karena pada waktu itu yang popular adalah jejaring sosial Facebook, maka dipilihlah Facebook sebagai media untuk menyuarakan perdamaian antar organisasi atau perguruan pencak silat yang ada di Indonesia
Para pencentus grup tersebut sadar, bahwa tidak mudah untuk menyuarakan perdamaian, mengajak para insan silat untuk tidak menuruti ego masing-masing, maka mereka bertekad untuk tetap berusaha mengajak atau menyuarakan perdamaian walau harus mulai dari komunitas kecil-kecilan dengan harapan suatu saat nanti bisa besar dan melebarkan sayap perdamaian seluas-luasnya.
Hal ini dapat kita lihat bahwa ide tersebut terprasastikan dikaos kebesaran PP IPSI atau PPPSI dengan adanya tulisan
"Dari komunitas kecil ini kami bertekad untuk melebarkan sayap kami demi perdamaian antar anggota perguruan silat"
Dalam perjalanan grup ini pun mengalami pasang surut, mulai dari sering adu argumen dengan anggota seperguruan atau seorganisasi, dengan kesibukan masing-masing didunia nyata provokasi-provokasi oknum silat, hingga bongkar pasang admin atau pengurus grup, dikarenakan berbagai macam hal yang tidak bisa untuk disalahkan, karena mereka mempunyai dunianya sendiri.
Dan perlu diketahui bahwa selama ini sampai sekarang admin atau pengurus tidak mendapatkan bayaran sepeserpun, hanya rasa keprihatinan dan semangat untuk menghidupkan budaya pencak silat serta kecintaan pada bangsa ini yang menggerakan mereka para penggagas untuk terus memperjuangkan komunitas perjuangan ini, dan tentunya dengan harapan pula bahwa hal ini juga dinilai ibadah oleh Tuhan YME atau kata lain kita sebagai sukarelawan untuk menyuarakan perdamaian.
Bukan hanya didunia maya, kamipun bertekad untuk kibarkan perdamaian didunia nyata dengan adakan KOPDAR (KOPI DARAT) dengan sesama anggota grup.
Kopdar pertama dialun-alun Kota Nganjuk Jawa Timur pada tahun 2012 disusul kopdar di Jakarta tepatnya di Monas dan semakin marak kami adakan kopdar didaerah seperti Jawa Timur : Madiun, Ponorogo, Bojonegoro, Surabaya, Lamongan dll, Jawa Tengah : Sragen, Jawa Barat : Banten, Tangerang, Bekasi dll.
Dari hari kehari rasa antusias dari insan-insan pesilat yang ingin benar mengusung perdamaian dan juga dukungan dari berbagai pihak termasuk pihak keamanan juga IPSI , cita-cita para pencentus grup komunitas ini yaitu untuk melegalkan komunitas menjadi terakui dan berbadan hukum semakin kuat.
Maka seluruh jajaran pengurus grup adakan rapat musyawarah, termasuk bikin syarat utama untuk ajukan sebagai lembaga resmi yaitu dengan membuat AD/ART dll.
Hasil keputusan musyawarah diantaranya menetapkan Madiun sebagai Pusat Komunitas PPPSI dan mengutus Saudara Pengurus yang berdomisili di Madiun sekitar untuk melangkah maju mengajukan komunitas maya menjadi lembaga resmi yang legal dengan akta notaris.
Melalui mekanisme sesuai aturan yang berlaku dan berkat kerjasama saling mendukung baik jajaran pengurus dan anggota pengajuan komunitas kita terima dan tepat pada tanggal 14 April 2015 PPPSI resmi berbadan hukum sebagai lembaga komunitas.
Adapun kenapa kita harus mengganti nama PP IPSI, karena kita bukan untuk menyaingi IPSI, kita malah mendukung penuh semua kegiatan IPSI, dengan nama PPPSI, kita berharap yang masuk menjadi anggota bukan hanya anggota silat yang perguruannya masuk IPSI tetapi semua elemen pesilat/beladiri indonesia dan PS tradisional yang belum terlibat di IPSI
Munas pertama di Madiun, 15 Nopember 2015 menetapkan pembaharuan Pengurus Pusat dengan prinsip prinsip Komunitas yang lebih baik dan membangun PPPSI ke depannya, yaitu Kemandirian, Kesetaraan antar PS, dan Saling menghargai antar member group. Hingga saat ini telah ada lebih dari 30 Korwil seluruh Indonesia dan 3 korwil luar negeri, Malaysia, Taiwan, dan Hongkong. Sedangkan Korwil di Indonesia diantaranya Banten, Bekasi, Lampung, Palembang, Bangka Belitung, Makasar, Merauke, NTB, Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Tuban, Kudus, Lamongan, Bojonegoro, Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Pacitan, Wonogiri, Wonosobo, Cilacap, Magetan, Ponorogo, Ngawi, Sragen, dan Madiun sendiri.
Fokus kegiatan yang dilakukan komunitas ini ke Sosial , peduli masyarakat, dan Budaya, lewat pelestarian khasanah budaya asli Indonesia yaitu Seni Pencak Silat. Salah satu inisiasinya adalah Musium Silat Nusantara, Tradisi Pencak Nusantara, Warung Silat PPPSI, Distro Silat PPPSI dan Galeri Silat PPPSI.
Semakin lama Komunitas ini lebih bisa diterima oleh masyarakat luas karena secara riil melakukan Kopdar di lokasi2 wisata dan mengedukasi lewat muatan lokal Pencak Silat di sekolah sekolah.
Dan para penggiat komunitas ini berasal dari seluruh aliran aliran silat di Nusantara.
Para Sesepuh PS berkenan menjadi Penasehat dan para pimpinan daerah dan pengurus IPSI berkenan untuk menjadi Pembinanya.
Atas berkat rahmat Tuhan YME, Komunitas PPPSI telah menjadi komunitas pelestari Budaya Pencak Silat Nusantara. Dengan memberikan pemahaman lewat filosofi dalam Pencak Silat itu sendiri , yaitu Filosofi Gerak, Filosofi Budaya dan Filosofi Spiritual
Tetap ber MERAH PUTIH dalam GARUDA PANCASILA, dengan balutan BHINEKA TUNGGAL IKA, santun ber INDONESIA RAYA.
SALAM SANTUN SILAT INDONESIA
SANTUN MEMBUMI
Inilah sekilas sejarah PPPSI.
Salam santun Silat Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)
SEJARAH SINGKAT PPS BINTANG SURYA PPS BINTANG SURYA adalah salah satu pencak silat yang murni dari leluhur bangsa Indonesia. PPS BINTANG S...
-
SEJARAH PASUKAN PERDAMAIAN PENCAK SILAT INDONESIA (PPPSI) Komunitas PPPSI berawal dari sebuah grup online jejaring sosial facebook yang be...